Pendatang
baru memang sering kita dengar atau kita jumpai di kota-kota besar(metropolitan) Khususnya di Kota Jakarta,pendatang baru selalu saja
bermunculan meskipun kota ini sudah dibebani oleh banyak
masalah....masalah-masalah yang ada di ibukota seperti
macet,banjir,kekerasan,pelecehan atau kriminalitas yang tinggi tidak membuat gentar pendatang baru yang umumnya dari
pedesaan ini untuk datang ke Jakarta.
Mengapa
mereka tetap bersikukuh untuk nekad pergi ke Jakarta atau kota besar lain yang
mereka belum tentu bisa sukses di sana ? Memang pertanyaan ini sering kita renungkan,mereka
datang intinya hanya untuk mengubah nasib menjadi lebih baik,di desa mereka
tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup layak.Mata pencaharaian sebagai seorang
peternak atau petani di desa memang tidak menjamin kehidupan mereka,lalu mereka
memutuskan untuk pergi mengadu nasib di kota besar,memang keinginan mereka ini
tidak dapat dihambat atau dihalangi,karena menjadi hak asasi manusia untuk
memperjuangkan hidupnya.
Apa
rencana bagi pendatang baru ketika sudah di kota tempat perantauan ? pendidikan
yang rendah dan minim keahlian memang menjadi faktor penghambat bagi para
pendatang dalam bersaing dengan orang-orang di kota,selain itu banyaknya
pendatang baru yang datang ke kota besar misalnya Jakarta justru menambah
keruwetan yang ada di Jakarta,menurut koran Tempo edisi 4 Agustus 2014,di
jelaskan bahwa pendatang yang pergi ke Jakarta bertepatan dengan arus balik
lebaran mencapai 68 ribu orang,dan sebanyak 60% dari jumlah tersebut akan
menetap di Jakarta.Jika dilihat dari data tersebut memang jumlahnya sangat
banyak,dan para pendatang umumnya tidak memiliki rencana yang jelas ketika
sampai di kota,hal inilah yang menimbulkan pemukiman liar muncul dimana-mana,tingkat
kriminalitas semakin tinggi,yang justru menjadi beban bagi pemerintah daerah
setempat.
Apa
yang harus dilakukan pemerintah daerah ? Pemda yang menjadi lokasi tujuan para
pendatang memang harus bekerja keras,contohnya pemda DKI Jakarta yang secara disiplin
melakukan penertiban kepada pendatang,hal ini dilakukan melalui operasi yustisi
yang sering dilakukan.Memang tindakan seperti ini terlihat sebagai arogansi
pemerintah terhadap pendatang,tapi ini sudah menjadi hak Pemda untuk mengatur
masyarakat yang ada dalam lingkup wilayah pemerintahannya,karena pendatang yang
tidak mampu berkompetisi hanya akan menjadi penghambat terwujudnya kota yang bersih dan nyaman.Selain
itu,pemerintah juga harus memperhatikan nasib petani dan peternak yang ada di
desa,mengingat betapa pentingnya peran mereka dalam mencukupi kebutuhan pangan
nasional,perhatian lebih kepada mereka akan membantu meningkatkan kesejahteraan
mereka dan manfaat jangka panjangnya adalah dapat mengurangi arus pendatang
baru di kota-kota besar.
Bagaimana
sikap kita mengenai pendatang baru ini ? Untuk anda yang berstatus sebagai
pegawai,pengusaha,karyawan,mahasiswa,pelajar atau yang tidak termasuk dalam
kelompok pendatang. Kita mungkin sering berfikir negatif tentang mereka,itu
karena kita tidak merasakan apa yang mereka rasakan.Sudah saatnya kita peduli
kepada saudara-saudara kita yang ada di pelosok-pelosok desa yang buta akan
kehidupan luar,memang untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat didukung oleh
pemerintah.Namun,apakah suatu hal bijaksana jika kita diam saja dan hanya
mengandalkan pemerintah,tentu saja tidak.Orang-orang yang sudah bekerja dan
mendapat penghasilan dapat mengumpulkan dana amal untuk bantuan sosial.Yang
pengusaha,bisa menanamkan investasi di desa-desa yang potensial serta memberi
lapangan pekerjaan bagi mereka yang sudah terlanjur ada di kota,bagi yang
pelajar atau mahasiswa dapat mengkritik atau memberi saran kepada pemerintah
sekaligus sebagai pembelajaran pribadi agar kelak sebagai generasi penerus
bangsa dapat memecahkan masalah ini.Intinya,siapapun kita..kita sebaiknya tidak
melupakan saudara sebangsa dan setanah air,dulu masyarakat Indonesia
bersama-sama merebur kemerdekaan,maka sekarang kita harus bersama-sama mengisi
kemerdekaan,dengan mewujudkan kesejahteraan bagi setiap orang seperti yang
dicita-citakan oleh Bapak pendiri bangsa. (Burhan Tamyis-The Owl)